Sabtu, 04 Mei 2013

MENGENDALIKAN HATI

 Hari ini terceletuk olehku kepada seorang teman, bahwa tiap manusia, khususnya wanita sangatlah unik. Berikut beberapa episode yang terjadi dalam selang waktu singkat.

Adegan 1:
"Mbak, aku dulu punya pacar, tapi kita putus karena dia punya orang ketiga. Dia selingkuh di belakang aku. Sekarang, dia ngajak aku balikan lagi mbak, gimana ya mbak..?", dengan wajah cantiknya yang pilu, teman baruku ini curcol ditengah kesibukan kami dalam suatu acara. Sebenarnya aku tidak ahli di masalah ini, jadi setelah ku resapi dalam-dalam agar bisa terbawa ke masalah dan mencoba mencari solusinya, akupun menjawab "kalo kamu berani terima dia lagi, kamu harus berani sakit lagi..", ia masih menunggu jawabanku, tapi hanya itu yang mampu kuberikan, karena ini bukan spesifikasiku, hehe. Ia melanjutkan cerita "cewek itu sih mbak, aku baru tau ternyata dia begitu" ia coba menyalahkan si wanita yang menarik perhatian (mantan) pacarnya. Aku pusing, dan menjawab tanyanya semampuku. Tapi, sepertinya aku tahu pokok masalahnya.

Adegan 2:
Hp ku berdering, tanda ada sms, sekitar jam 21.00 wib, aku buka, isinya "Dra, aku boleh gak nginep kosan mu malem ini, aku mau ngerjain tugas, aku lagi sedih nih Dra..". Langsung ku balas, "Ok ***, ditunggu yak". Tak lama berselang, ia hadir, di kamarku yang agak "broken ship" pasca UTS, alhamdulillah sempat aku reparasi dulu, hihi.. Kami duduk berhadapan (karena kamarku rada sempit), tanpa buang waktu ia bercerita sambil menangis "Dra, aku pusing, aku gak tau kenapa, aku punya teman akrab dikosan, kalau dia lagi kumpul sama teman2 kosan yang lain, aku gak suka, aku sebel, apalagi kalau mereka ketawa-ketawa, aku langsung menghindar, dan gak tahu kenapa sekarang aku ngerasa jadi jahat sama teman-teman kos ku..". Ia benar-benar menangis, jujur, aku pun ingin menangis, karena ia, sahabat yang ku tahu senantiasa membawa keceriaan. Aku langsung menjawab "kamu cemburu ya?", ia menampik "gak tau Dra.. aku sebel aja, gak tahu kenapa, tadi aja pas mau kesini dia nanyain aku mau kemana, aku bilang, ngapain nanya-nanya, koq aku jadi jahat ya, aku tau itu salah". Nah lho, aku tanya lagi "jadi masalahnya apa ***? coba dicari masalahnya biar ketahuan solusinya..". Jawabannya, "aku juga bingung masalahnya dimana". Ku pikir mungkin ia rindu keluarga, mungkin ia penat, butuh refreshing, atau jangan-jangan pengaruh PMS?? Tapi, aku tahu masalah sebenarnya.

Adegan 3:
Sahabatku ini silaturahim kekosan, aku sudah tahu karena sebelumnya ia meneleponku ingin berkunjung, di telepon ia sempat mencurahkan perassaannya. Ia menangis. Dikosan, serupa dengan adegan 2, ia menangis, ia khawatir karena pacarnya yang hobi memancing sedang bertualang melampiaskan hobinya hari itu. Sahabatku ini sedih, takut kalau-kalau terjadi sesuatu pada pacarnya. Awal mula saat ditelepon aku berfikir, mungkin kekhawatirannya ada pada rasa cemburu, takut pacarnya yang sudah "seatlle" itu diambil wanita lain, karena mungkin saja banyak yang mengejar. Namun, aku terhenyak, ia khawatir pacarnya digigit buaya saat tengah memancing, karena menurut cerita pacarnya, di sungai itu banyak buaya nya. Ia langung konsultasi ke mbah Google, dan ternyata mbah Google pun meng-amin-i, sempat ada pemancing yang tewas karena dimakan buaya di sungai itu. Tambah besarlah kekhawatirannya. "mbak, abang gak akan kenapa-kenapa kan?" tanya nya. "Iya, insya Allah gak kenapa-kenapa", jawabku. Dan percakapan ini senantiasa berulang diikuti wajah cemasnya, beserta derai air mata. Sepertinya aku tahu masalahnya.

Ketiga temanku ini adalah wanita cerdas, berpengetahuan luas, 2 diantara mereka beberapa kali berpetualang ke luar negeri, melek informasi, keren lah pokoknya. Tapi aku sempat merenung, mengapa kejadian ini terjadi padaku? ketiga temanku ini?

Aku memang tahu masalahnya, tapi sedih, aku tak begitu paham solusinya, karena, walaupun kita tahu solusinya kita tidak bisa memaksakan obyek untuk melakukan seperti apa yang kita pikirkan. Masalah mereka hanya satu, yaitu hati (qalbu). Qalbu, sakitnya tak memandang usia, obatnya hanya bisa diracik diri sendiri. Sungguh penting mengendalikan hati atau perasaan, tidak berlebihan saat mencintai ataupun membenci sesuatu.

1 komentar: