Saya pernah membaca sebuah 2 kutipan yang sangat melekat di pikiran. Kutipan 1, "peganglah kendali anak-anakmu saat mereka kecil, karena jika kamu tak mampu mengendalikan mereka, saat mereka dewasa ibarat melepas kuda liar". Kutipan kedua, "ambillah hati anak-anakmu saat mereka masih kecil, karena saat dewasa engkau takkan mampu lagi mengambil hati mereka".
Kedua kutipan ini sangat mengena, memang benar sekali, jika kita kehilangan momen-momen pada saat anak-anak masih kecil, kita takkan bisa mengembalikannya walaupun dengan paksaan. Jika kita tak memperhatikan mereka saat kecil, memberi kebaikan-kebaikan pada mereka, mengajari mereka dengan lembut maka saat dewasa akan terlihat karakter-karakter buruk mereka. Terutama, sifat pemarah. Sebenarnya, sifat pemarah muncul dari rasa tidak percaya diri mereka. Rasa tidak percaya itu menyebabkan ketidakpuasan yang diluapkan melalui amarah.
Saya menulis pesan ini sebagai pengingat juga untuk diri saya sendiri. Bahwa sudah banyak contoh yang terlihat dari bagaimana sifat manusia muncul saat dewasa begitu dipengaruhi oleh perlakuan orang tua mereka saat mereka massih kanak-kanak. Semoga kelak kita bisa menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak. Karena mereka adalah investasi akhirat kita yang wajib diperjuangkan.
Manusia Adalah Musuh Dari Sesuatu Yang Tidak Diketahuinya # Semoga Bermanfaat
Sabtu, 15 Maret 2014
Jumat, 14 Maret 2014
JURUSAN KIMIA FMIPA UNILA
Presentasi Pengenalan Jurusan Kimia FMIPA Unila di Kimia Expo 13 tahun 2009
Universitas Lampung, almamater tercinta, tempat banyak hal terjadi, hehe. Banyak kenangan manis disini, bertemu dengan teman-teman angkatan 2006, dosen-dosen yang luar biasa, teman-teman organisasi yang semangat, disini pula aku mulai mengenal tarbiyah, lingkaran ilmy yang senantiasa kutemui setiap minggu.
Video ini diambil pada acara kimia expo 13 tahun 2009 oleh panitia, mohon maaf njih, belum izin upload video ini, maafin ya dik panitia, hehe. Sayang sekali video yang mungkin menurut orang lain sederhana ini tidak di publish. Walaupun viewernya sedikit, no problemo, ada perasaan khhusus setiap menonton video ini. Terkenang kembali kenangan manis disana, di kampus hijau ku.
Semoga almamater ku semakin menjulang tinggi prestasinya dan semakin terasa manfaatnya di masyarakat. Junjung terus Tri Dharma Perguruan Tinggi, hehe.
Kamis, 13 Maret 2014
KOH SEBAGAI KATALIS PADA PEMBUATAN BIODIESEL
Reaksi
transesterifikasi dilakukan menggunakan katalis basa kuat, yaitu KOH. Encinar et
al. (1999) melaporkan bahwa dibandingkan dengan NaOH, kinerja KOH sebagai
katalis lebih unggul dimana produk metil ester yang dihasilkan lebih banyak
serta pemisahan produk metil ester dari gliserol lebih mudah.
Tomasevic
dan Marinkovic (2003) melakukan serangkaian percobaan dan menyimpulkan bahwa
biodiesel dengan kualitas baik bisa diperoleh menggunakan minyak goreng bekas
dengan bantuan katalis KOH 1%. Rodjanakid dan Charoenphonphanich (2004)
mentransesterifikasikan minyak sawit menggunakan KOH dan metanol pada suhu 60oC
selama 1 jam. Reaksi serupa juga dilakukan dengan mengganti metanol dengan
etanol. Hasilnya menunjukkan bahwa jumlah produk metil ester lebih tinggi dan
karakteristiknya lebih baik dibandingkan etil ester. Kombinasi antara katalis
KOH dengan pelarut metanol dalam reaksi transesterifikasi diharapkan dapat
menghasilkan produk biodiesel yang maksimal.
ZIRKONIA TERSULFATASI SEBAGAI KATALIS ASAM PADAT PADA PEMBUATAN BIODIESEL
Beberapa
penelitian terkait penggunaan zirkonium oksida (ZrO2) sebagai katalis
asam padat untuk esterifikasi bahan baku yang berbeda dikarenakan keasaman
permukaan yang kuat. Sifat keasaman dapat ditingkatkan dengan melapisi
permukaan oksida logam ini dengan anion seperti sulfat atau tungstat. Hal ini
dapat dilakukan dengan impregnasi ZrOCl2.8H2O
dengan larutan asam seperti asam sulfat (H2SO4) menjadi
zirkonia tersulfatasi, SO4/ZrO2 (Miao and Gao, 1997).
Selain itu, Nourredine (2010) menunjukkan bahwa suhu kalsinasi mempengaruhi
aktivitas katalitik, dimana pada suhu antara 400-500oC akan
diperoleh aktivitas yang baik. Suhu kalsinasi mempengaruhi kristalinitas SO4/ZrO2.
Patel
et al. (2013) berhasil mengkonversi
asam oleat menjadi metil oleat dengan persen produk sebesar 90% melalui reaksi
esterifikasi dengan bantuan katalis SO4/ZrO2 sedangkan
dengan bantuan katalis ZrO2 persen hasil yang diperoleh hanya 32%.
hal ini menunjukkan bahwa modifikasi dari keasaman permukaan oksida logam
adalah faktor kunci untuk memperoleh jumlah produk yang tinggi. Wang et al. (2001) menunjukkan bahwa kinerja
katalisis zirkonia yang baik disebabkan oleh dua faktor pada strukturnya.
Faktor yang pertama, satu tangan zirkonia memiliki sifat asam-basa dan tangan
lainnya memiliki sifat reduksi-oksidasi. Faktor yang kedua, adanya situs kosong
pada permukaan ZrO2 dimana kation dapat dengan mudah dimasukkan
kedalamnya
KATALIS ASAM HETEROGEN PADA PEMBUATAN BIODIESEL
Proses
produksi biodiesel dengan katalis heterogen merupakan teknologi yang ramah
lingkungan (green technology) karena
katalis tersebut dapat didaur ulang (recycle),
limbah yang dihasilkan sedikit, pemisahan biodiesel dari gliserolnya jauh lebih
mudah, dan mengurangi masalah korosi (Suarez et al., 2007).
Baru-baru
ini, beberapa peneliti menilai kelayakan ekonomi produksi biodiesel dari limbah
minyak nabati. Zhang et al. (2003)
mempelajari biaya produksi biodiesel yang dibuat dari limbah minyak nabati.
Mereka melaporkan bahwa dengan penggunaan katalis asam heterogen biaya produksi
menjadi lebih ekonomis. Penggunaan katalis heterogen akan mengurangi pengolahan
hilir.
Crude Palm Oil
(CPO) parit dan minyak non-edible
lainnya yang memiliki kandungan asam lemak yang tinggi akan menyebabkan
pembentukan sabun dan menurunkan yield
biodiesel serta masalah sulitnya pemisahan katalis tersebut dengan produk jika
menggunakan katalis homogen (Van Gerpen, 2005). Penggunaan enzim untuk
mengkatalisis produksi biodiesel juga telah menarik banyak peneliti beberapa
tahun belakangan ini karena enzim dapat mentolerir kandungan asam lemak bebas
dan air serta kemudahan dalam pemurnian biodiesel dan gliserol, tetapi
transesterifikasi enzimatik masih belum dapat dikomersialkan untuk produksi
biodiesel dikarenakan waktu tinggal yang lama dan biaya produksi yang tinggi
(Dizge et al., 2009). Katalis
heterogen akan mengkonversi trigliserida menjadi biodiesel secara
perlahan-lahan, tetapi merupakan cara yang ekonomis karena katalisnya dapat
didaur ulang untuk kedua proses, baik batch
atau kontinu (West et al., 2008).
Katalis asam
padat yang ideal untuk reaksi esterifikasi minyak nabati harus memiliki
karakteristik seperti sistem interkoneksi dengan pori yang besar, konsentrasi
situs asam kuat yang moderat hingga tinggi dan permukaan hidrofobik (Kulkarni
dan Dalai, 2006). Beberapa katalis asam padat yang terus dikembangkan antara
lain zeolit (Lotero et al., 2005),
resin penukar ion sulfonat (Ozbay et al.,
2008), silika mesostructure
modifikasi sulfonat (Mbraka and Shanks, 2006), katalis berbasis karbon tersulfonasi
(Hara, 2009), heteropolyacids (HPA)
(Narasimharao et al., 2007), titanium
oksida (TiO2) (Chen et al.,
2007), dan zirkonium oksida (ZrO2)
(Miao and Gao, 1997).
REAKSI TRANSESTERIFIKASI PADA PEMBUATAN BIODIESEL
Transesterifikasi adalah proses transformasi kimia molekul trigliserida yang besar, bercabang dari minyak nabati dan lemak menjadi molekul yang lebih kecil, molekul rantai lurus, dan hampir sama dengan molekul dalam bahan bakar diesel. Minyak nabati atau lemak hewani bereaksi dengan alkohol (biasanya metanol) dengan bantuan katalis (biasanya basa) yang menghasilkan alkil ester (atau untuk metanol, metil ester) (Knothe et al., 2005).
Tidak seperti esterifikasi yang mengkonversi asam lemak bebas menjadi ester, pada transesterifikasi yang terjadi adalah mengubah trigliserida menjadi ester. Perbedaan antara transesterifikasi dan esterifikasi menjadi sangat penting ketika memilih bahan baku dan katalis. Transesterifikasi dikatalisis oleh asam atau basa, sedangkan esterifikasi, bagaimanapun hanya dikatalisis oleh asam (Nourredine, 2010). Pada transesterifikasi, reaksi saponifikasi yang tidak diinginkan bisa terjadi jika bahan baku mengandung asam lemak bebas yang mengakibatkan terbentuknya sabun. Lotero et al. (2005) merekomendasikan bahan baku yang mengandung kurang dari 0,5% berat asam lemak saat menggunakan katalis basa untuk menghindari pembentukan sabun.
Transesterifikasi trigliserida dengan katalis basa homogen merupakan aspek kimia biodiesel yang paling penting. Spesies reaktif dalam transesterifikasi menggunakan katalis basa homogen alkoksida yang terbentuk ketika alkohol dan katalis bereaksi. Alkoksida yang sangat reaktif kemudian terlibat dalam serangan nukleofilik pada gugus karbonil dari asam lemak sehingga memungkinkan serangan nukleofilik oleh alkohol melalui oksigen yang bersifat elektronegatif.
Laju reaksi transesterifikasi sangat dipengaruhi oleh suhu reaksi. Umumnya reaksi dilakukan pada suhu yang dekat dengan titik didih metanol (60-70oC) pada tekanan atmosfer. Dengan menaikkan lagi dari suhu tersebut, maka akan lebih banyak lagi metanol yang hilang atau menguap (Ramadhas et al., 2005).
REAKSI ESTERIFIKASI PADA PEMBUATAN BIODIESEL
Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi ester. Esterifikasi mereaksikan asam lemak dengan alkohol. Katalis-katalis yang cocok adalah zat berkarakter asam kuat, seperti asam sulfat, asam sulfonat, asam sulfonat organik atau resin penukar kation asam kuat. Asam-asam tersebut biasa dipilih dalam praktek industrial (Soerawidjaja, 2006).
Proses
esterifikasi adalah reaksi reversibel dimana asam lemak bebas (free fatty acid/FFA) dikonversi menjadi
alkil ester melalui katalis asam (HCl atau umumnya H2SO4).
Ketika konsentrasi asam lemak bebas dalam minyak tinggi, seperti dalam CPO
parit, esterifikasi simultan dan reaksi transesterifikasi melalui katalis asam
dapat berpotensi untuk mendapatkan konversi biodiesel yang hampir sempurna.
Proses esterifikasi mengikuti mekanisme reaksi yang sama seperti
transesetrifikasi katalis asam (Lotero et
al., 2005). Brown (2000) dan Ronnback et al.(1997) mengilustrasikan mekanisme esterifikasi asam karboksilat rantai pendek
seperti asam asetat dalam medium homogen dimulai dengan protonasi gugus
karbonil.
Esterifikasi umumnya dilakukan untuk membuat biodiesel dari minyak berkadar FFA tinggi (berangka asam ³ 5 mg-KOH/g). Pada tahap ini, asam lemak bebas akan dikonversikan menjadi metil ester. Tahap esterifikasi biasanya diikuti dengan tahap transesterifikasi, tetapi sebelum produk esterifikasi diumpankan ke tahap transesterifikasi, air dan bagian terbesar katalis asam yang dikandungnya harus disingkirkan terlebih dahulu (Soerawidjaja, 2006).