Selasa, 25 Desember 2012

Pakaian Nikah, antara Kenyamanan dan Ke-syar'i-an

Pernikahan  teman

Saat menghadiri prosesi pernikahan seorang teman mulai dari akad nikah hingga resepsi, ada yang membuat saya begitu tertarik, yaitu pakaian yang dikenakan oleh mempelai wanita. Teman saya tersebut, saya kenal sekali, adalah seorang “akhwat” yang sehari-harinya menggunakan kerudung yang lebar beserta baju lengan panjang/rok panjang/gamis yang longgar, tentunya tak lupa kaos kaki dan kadang manset yang melekat dilengan untuk menutupi bagian yang terkadang suka menyelinap tertangkap mata.

Ketertarikan saya mulai muncul saat si mempelai wanita keluar dari kamar tempat ia di rias. Walau dengan wajah cerah merona, karena hari itu adalah hari bahagia yang telah lama dinanti, namun tak bisa ditutupi ada raut “risih” pada baju yang ia kenakan. Seringkali, saya menangkap ia bertanya pada orang-orang disekitarnya “kebayanya ketat banget ga sih?” atau pertanyaan “ih, roknya (ia menggunakan batik, red) sempit banget sampai mau berdiri (dari duduk, red) aja susah”. Yap, itulah yang terjadi saat teman saya itu, menggunakan kebaya dan batik yang begitu ketat, yang saya ketahui diperoleh dari sewa di salon.

Sebenarnya pakaian yang ia gunakan sudah cukup sopan, masalah syar’i atau tidaknya saya rasa butuh penjabaran yang cukup panjang. Namun, nampak sekali bahwa ia kurang nyaman dengan pakaian tersebut, meskipun ia berusaha menutupinya. Pernikahan adalah proses sakral yang diharapkan hanya terjadi sekali seumur hidup, sehingga sebaiknya dapat dilalui dengan rasa yang membahagiakan termasuk didalamnya kenyamanan. Ada baiknya pakaian yang digunakan adalah pakaian yang sesuai dengan ukuran dan “rasa nyaman” kita, cara jitu adalah dengan datang ke  tukang jahit, namun bila budget belum pas, tidak ada masalah dengan sewa di salon, maka persiapkan dari jauh-jauh hari, karena jika di satu tempat pakaian tersebut kita tahu membuat tidak nyaman, masih ada waktu untuk mencari di tempat yang lain.

Alhamdulillah, proses tidak nyaman tersebut hanya berlangsung sampai jam 12 siang. Setelahnya mempelai wanita ganti pakaian yang membuat senyumnya lebih sumringah dan gerakannya lebih licah, sebuah gamis yang terbuat dari kain satin dan brukat berwarna ungu. Cantik sekali, aura nyamannya sangat nampak.

Berikut beberapa contoh pakaian menikah yang mungkin “nyaman” digunakan.












Paling suka dengan model yang pertama. Manis, simple, nampun tetap elegant. Saya suka perpaduan warnanya. Untuk bahan hanya menggunakan kain satin, kecuali bagian atas kerudung yang terbuat dari kain kaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar