Hari ini nyuci baju kemaleman, karena seharian ini alhamdulillah dikunjungi beberapa sahabat (gak sopan ada tamu ditinggal nyuci baju, hehe). Ga pengen bahas banyaknya cucian, pegelnya punggung, atau detergen yang dipake, tapi aku mau bahas pikiran selintas yang muncul saat mencuci tadi.
Aku teringat sosok yang tak begitu banyak nyangkut di memori. Dialah Ayah, seseorang yang aku cintai.. Hiks-hiks, kangen banget ma beliau. Dulu beliau begitu sibuk, jarang dirumah, memoriku full dipenuhi oleh mama, kemana-mana aku selalu ikut mama. Tapi memoriku tentangnya banyak berisi kenangan indah. Kenapa bisa ingat beliau? Terlintas cerita mama, bahwa dulu saat aku masih bayi, ayah kerapkali mencuci popok, celana, bedong, gurita, baju, dan sebagainya. Ayahku yang seorang TNI, harus tinggal di pelosok bersama mama, mbak, dan aku tentunya (menyeka air mata dulu) jadi mereka hidup sangat mandiri, diatmbah saat itu aku lahir di daerah konflik, Dili, Timor-timur. Tak terbayangkan, apa-apa yang telah ia lakukan untuk membesarkanku. Dan aku tak tahu bagaimana membalasnya.
Sedih, karena sampai saat ini aku belum sempat menjadi anak perempuannya yang rajin, yang mencucikan bajunya, memasakkan makanan kesukaannya, memijat punggungnya saat ia pegal. Ayahku, sosok yang pendiam, agak kaku, suka menonton olahraga tinju, ia sangat suka makan buah (menurun padaku). Dulu, hampir setiap pulang kerja ia membawakan kami makanan, seringnya buah. Inilah yang menjadikan kedatangannya selalu kutunggu, hehe. Oya, ibuku juga menambahkan cerita bahwa ayah dulu sangat perhatian saat kami masih kecil, ia selalu memakaikan kami kaos kaki agar tidak dingin, menyelimuti kami, dan suka bangun malam-malam untuk jagain supaya gak digigit nyamuk (haduuuh mana tissue..). Sampai saat ini, saat aku sudah dewasa, ia tetap menganggapku anak perempuan kecilnya. Ia sering menyemprot kamarku dengan obat nyamuk, menyalakan obat nyamuk listrik bila aku tertidur saat belajar, mengingatkanku untuk tidak mandi malam-malam (ia takut aku nanti reumatik), memarahiku kalau aku makan yang asam atau pedas, menyuruhku beli baju baru, mengingatkanku untuk potong rambut, dan banyak lagi.
Dulu waktu aku SMP, aku sering diantar ayah naik mobil ke sekolah, karena sekolahku dekat Kodim. Sepanjang perjalanan Panjang-Way Halim kami tidak banyak berbincang, bahkan kadang aku merasa kaku dengan ayahku sendiri. Tapi, saat aku gagal maka kesedihanku terutama adalah saat aku membayangkan wajah ayahku. Karena, ia tak pernah marah atau kecewa atas kegagalan ku, ia bukan ayah yang banyak bicara atas sebuah kegagalan, ia justru langsung memikirkan solusinya, tanpa ia katakan. Itu yang membuatku takut jika aku gagal. Saat aku SMA, ia juga sering mengantarku ke sekolah naik motor (mobilnya udah dijual). Dulu, cita-citaku ingin membahagiakan beliau, tapi mengapa kini cita-cita itu terasa memudar, mungkin karena sekarang aku terlalu egois, atau mungkin aku masih bingung cara membahagiakan ayah.
Tidak ada Ayah yang sempurna, begitupun dengan ayahku. Karena setiap manusia tentulah pernah melakukan kesalahan. Namun, aku akan berusaha mengubur bila ada hal-hal yang membuat cintaku kepada nya berkurang. Karena aku yakin kasih sayangnya padaku, usahanya untuk membesarkanku jauh lebih nyata dibanding kekurangannya. Ayah, engkaulah orang yang paling khas di hatiku, sampai saat ini aku belum memahamimu, tapi aku yakin apa yang engkau lakukan adalah bukti cintamu sebagai ayah kepadaku, anakmu. Bukti cintamu yang kau lakukan sesuai pemahamanmu tentang makna cinta, makna menjaga seorang anak perempuan, makna tanggungjawabmu sebagai ayah. Walau kadang sulit kupahami, bila itu membuatmu bahagia, akan kuturuti.
Ayah, aku masih ingat, suara khasmu membaca alfatihah saat sholat, nasi goreng buatanmu, rasanya naik motor ngebut denganmu (hehe), air matamu saat engkau menikahkan mbak, kacamata plus mu saat membaca koran, bangunmu di tengah malam untuk menjaga kami. Ayah, maaf bila aku banyak membawa kekecewaan padamu. Maka, suamiku nanti wajiblah menghormati dan menyayangimu, seperti aku menghormati dan menyayangimu. Jika tidak, ia telah menyakitiku.
Ayah, terima kasih. Aku mencintaimu, dan aku ingin menjadi anak sholih yang senantiasa mendo'akanmu. Smoga Allah berkenan mengumpulkan kita di Syurga. Dan memberikanmu kebaikan di dunia dan akhirat. Memyanyangimu sebagaimana engkau menyayangiku.
Manusia Adalah Musuh Dari Sesuatu Yang Tidak Diketahuinya # Semoga Bermanfaat
Sabtu, 04 Mei 2013
Tomcat dan Cara Mengatasinya
Aku seringkali menjumpai serangga ini di kamar. Setelah konsultasi ke Mbah Google, ternyata Yogya termasuk kawasan yang juga diserang oleh serangga yang terkenal dengan sebutan Tomcat. Bentuknya memang lebih besar dari semut dan "eye catching". Beberapa kali kami berpapasan di kasur, hehe. Aku pernah berusaha membunuhnya dengan memencetnya memakai tissue (saat itu agak deg-degan juga), tapi ternyata kulitnya agak keras. Jadi aku masukkan kedalam plastik dalam kondisi hidup dan ku buang. Munculnya dari sela-sela atap. Untuk mencegahnya aku sering menggunakan obat nyamuk listrik. Berikut mengenai Tomcat dan cara mengatasinya.
Semut Semai atau Serangga Tomcat (nama ilmiah: Paederus littoralis), disebut pula Kumbang Rove (Rove Beetle) atau dengan nama daerah Semut Kayap atau Charlie di Indonesia, adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang termasuk dalam keluarga besar Kumbang (Staphylinidae), terutama dibedakan oleh panjang pendeknya penutup pelindung sayap ("sayap berlapis") yang meninggalkan lebih dari setengah dari perut mereka terbuka. Dengan lebih dari 46.000 spesies dalam ribuan generasi, kelompok ini adalah keluarga kedua terbesar kumbang setelah Curculionidae (kumbang yang sebenarnya). Serangga ini termasuk kelompok serangga kuno, dengan fosil serangga tomcat diketahui dari Jaman Triassic atau pemusnahan mahluk hidup di Bumi sekitar 200 juta tahun lalu.
Anatomi
Seperti bisa diduga untuk suatu keluarga kumbang yang besar, terdapat variasi besar di antara spesies ini. Ukuran berkisar antara 1 hingga 35 mm (1,5 inci), dengan sebagian besar di kisaran 2-8 mm, dan bentuk umumnya memanjang, dengan beberapa serangga tomcat yang berbentuk bulat seperti telur. Badannya berwarna kuning gelap di bagian atas, bawah abdomen (perut) dan kepala berwarna gelap. Pada antena kumbang biasanya 11 tersegmentasi dan filiform, dengan clubbing moderat dalam beberapa generasi kumbang. Biasanya, kumbang ini terlihat merangkak di kawasan sekeliling dengan menyembunyikan sayapnya dan dalam pandangan sekilas ia lebih menyerupai semut. Apabila merasa terganggu atau terancam, maka kumbang ini akan menaikkan bagian abdomen agar ia terlihat seperti kalajengking untuk menakut-nakuti musuhnya.Pemerian
Tomcat tidak mengigit ataupun menyengat. Tomcat akan mengeluarkan cairan secara otomatis bila bersentuhan atau bersentuhan dengan kulit manusia secara langsung. Gawatnya, Tomcat juga akan mengeluarkan cairan racunnya ini pada benda-benda seperti baju, handuk, ataupun benda-benda lainnya. Pada jenis serangga tertentu, terdapat cairan yang diduga 12 kali lebih kuat dari bisa ular kobra. Cairan hemolimf atau toksin ini disebut sebagai 'aederin' (C24H43O9N). Jika sudah terkena dermatitis, segera bersihkan seprei, sapu tangan, handuk, pakaian maupun benda-benda yang disinyalir terkena racun tomcat. Bersentuhan dengan kumbang ini saat berbaring atau tidur, menghancurkannya pada badan atau mengosok dengan jari yang kotor akan menyebabkan konjungtivitas dan penyakit kulit yang parah yang dikenali sebagai 'dermatitis linearis', 'aederus (kumbang rove/ staphylinidae) dermatitis'. Kalau melihat Tomcat hinggap di tangan, jangan dipencet atau dibunuh seperti mematikan nyamuk ataupun serangga kecil lainnya. Sebaiknya Tomcat ditiup hingga pergi, atau diambil dengan hati-hati menggunakan alat atau tangan yang ditutupi plastik dan dibuang ke tempat yang aman. Setelah itu cuci tangan dengan sabun dan ulangi lagi. Kalau bisa semprot serangga itu dengan racun serangga dan disingkirkan tanpa harus menyentuhnya secara langsung. Sejatinya, serangga ini merupakan sahabat petani karena merupakan predator alami bagi wereng, salah satu hama yang menjadi musuh utama para petani. Tomcat merupakan kelompok serangga pertanian, tetapi dalam 3 sampai 4 tahun terakhir dilaporkan adanya gangguan kesehatan pada manusia yang disebabkan oleh serangga tersebut.Pengobatan
Jika kulit terkena racun Serangga Tomcat segeralah mencuci bagian kulit yang terkena dengan menggunakan sabun, jangan diberi odol, minyak kayu putih, balsem, minyak tawon maupun bedak tabur karena hanya akan memperparah keadaan. Kulit yang terkena toksin Tomcat akan merah meradang mirip herpes tetapi tidak sama. Pengobatannya menggunakan salep dan antibiotik. Biasanya hydrocortisone 1% atau salep betametasone dan antibiotik neomycin sulfat 3 x sehari atau salep Acyclovir 5%. Peradangan juga dapat diredakan dengan mengkompres bagian kulit yang terkena racun dengan air dingin.Berikut adalah 10 cara menghadapi Tomcat
1. Jika ada menemukan serangga ini, jangan dipencet, agar racun tidak mengenai kulit. Masukkan ke dalam plastik dengan hati-hati, terus buang ke tempat yang aman.
2. Hindari terkena kumbang ini pada kulit terbuka.
3. Usahakan pintu tertutup dan bila ada jendela diberi kasa nyamuk untuk mencegah kumbang ini masuk.
4. Tidur menggunakan kelambu jika memang di daerah anda sedang banyak masalah ini.
5. Bila serangga banyak sekali, maka dapat juga lampu diberi jaring pelindung untuk mencegah kumbang jatuh ke manusia.
6. Jangan menggosok kulit dan atau mata bila kumbang ini terkena kulit kita.
7. Bila kumbang ini berada di kulit kita, singkirkan dengan hati-hati, dengan meniup ataumengunakan kertas untuk mengambil kumbang dengan hati-hati.
8. Lakukan inspeksi ke dinding dan langit-langit dekat lampu sebelum tidur. Bila menemui, segera dimatikan dengan menyemprotkan racun serangga. Singkirkan dengan tanpa menyentuhnya.
9. Segera beri air mengalir dan sabun pada kulit yang bersentuhan dengan serangga ini.
10. Bersihkan lingkungan rumah, terutama tanaman yang tidak terawat yang ada di sekitar rumah yang bisa menjadi tempat kumbang Paederus.
Sumber: Wikipedia dan Kompas
MENGENDALIKAN HATI
Hari ini terceletuk olehku kepada seorang teman, bahwa tiap manusia, khususnya wanita sangatlah unik. Berikut beberapa episode yang terjadi dalam selang waktu singkat.
Adegan 1:
"Mbak, aku dulu punya pacar, tapi kita putus karena dia punya orang ketiga. Dia selingkuh di belakang aku. Sekarang, dia ngajak aku balikan lagi mbak, gimana ya mbak..?", dengan wajah cantiknya yang pilu, teman baruku ini curcol ditengah kesibukan kami dalam suatu acara. Sebenarnya aku tidak ahli di masalah ini, jadi setelah ku resapi dalam-dalam agar bisa terbawa ke masalah dan mencoba mencari solusinya, akupun menjawab "kalo kamu berani terima dia lagi, kamu harus berani sakit lagi..", ia masih menunggu jawabanku, tapi hanya itu yang mampu kuberikan, karena ini bukan spesifikasiku, hehe. Ia melanjutkan cerita "cewek itu sih mbak, aku baru tau ternyata dia begitu" ia coba menyalahkan si wanita yang menarik perhatian (mantan) pacarnya. Aku pusing, dan menjawab tanyanya semampuku. Tapi, sepertinya aku tahu pokok masalahnya.
Adegan 2:
Hp ku berdering, tanda ada sms, sekitar jam 21.00 wib, aku buka, isinya "Dra, aku boleh gak nginep kosan mu malem ini, aku mau ngerjain tugas, aku lagi sedih nih Dra..". Langsung ku balas, "Ok ***, ditunggu yak". Tak lama berselang, ia hadir, di kamarku yang agak "broken ship" pasca UTS, alhamdulillah sempat aku reparasi dulu, hihi.. Kami duduk berhadapan (karena kamarku rada sempit), tanpa buang waktu ia bercerita sambil menangis "Dra, aku pusing, aku gak tau kenapa, aku punya teman akrab dikosan, kalau dia lagi kumpul sama teman2 kosan yang lain, aku gak suka, aku sebel, apalagi kalau mereka ketawa-ketawa, aku langsung menghindar, dan gak tahu kenapa sekarang aku ngerasa jadi jahat sama teman-teman kos ku..". Ia benar-benar menangis, jujur, aku pun ingin menangis, karena ia, sahabat yang ku tahu senantiasa membawa keceriaan. Aku langsung menjawab "kamu cemburu ya?", ia menampik "gak tau Dra.. aku sebel aja, gak tahu kenapa, tadi aja pas mau kesini dia nanyain aku mau kemana, aku bilang, ngapain nanya-nanya, koq aku jadi jahat ya, aku tau itu salah". Nah lho, aku tanya lagi "jadi masalahnya apa ***? coba dicari masalahnya biar ketahuan solusinya..". Jawabannya, "aku juga bingung masalahnya dimana". Ku pikir mungkin ia rindu keluarga, mungkin ia penat, butuh refreshing, atau jangan-jangan pengaruh PMS?? Tapi, aku tahu masalah sebenarnya.
Adegan 3:
Sahabatku ini silaturahim kekosan, aku sudah tahu karena sebelumnya ia meneleponku ingin berkunjung, di telepon ia sempat mencurahkan perassaannya. Ia menangis. Dikosan, serupa dengan adegan 2, ia menangis, ia khawatir karena pacarnya yang hobi memancing sedang bertualang melampiaskan hobinya hari itu. Sahabatku ini sedih, takut kalau-kalau terjadi sesuatu pada pacarnya. Awal mula saat ditelepon aku berfikir, mungkin kekhawatirannya ada pada rasa cemburu, takut pacarnya yang sudah "seatlle" itu diambil wanita lain, karena mungkin saja banyak yang mengejar. Namun, aku terhenyak, ia khawatir pacarnya digigit buaya saat tengah memancing, karena menurut cerita pacarnya, di sungai itu banyak buaya nya. Ia langung konsultasi ke mbah Google, dan ternyata mbah Google pun meng-amin-i, sempat ada pemancing yang tewas karena dimakan buaya di sungai itu. Tambah besarlah kekhawatirannya. "mbak, abang gak akan kenapa-kenapa kan?" tanya nya. "Iya, insya Allah gak kenapa-kenapa", jawabku. Dan percakapan ini senantiasa berulang diikuti wajah cemasnya, beserta derai air mata. Sepertinya aku tahu masalahnya.
Ketiga temanku ini adalah wanita cerdas, berpengetahuan luas, 2 diantara mereka beberapa kali berpetualang ke luar negeri, melek informasi, keren lah pokoknya. Tapi aku sempat merenung, mengapa kejadian ini terjadi padaku? ketiga temanku ini?
Aku memang tahu masalahnya, tapi sedih, aku tak begitu paham solusinya, karena, walaupun kita tahu solusinya kita tidak bisa memaksakan obyek untuk melakukan seperti apa yang kita pikirkan. Masalah mereka hanya satu, yaitu hati (qalbu). Qalbu, sakitnya tak memandang usia, obatnya hanya bisa diracik diri sendiri. Sungguh penting mengendalikan hati atau perasaan, tidak berlebihan saat mencintai ataupun membenci sesuatu.
Adegan 1:
"Mbak, aku dulu punya pacar, tapi kita putus karena dia punya orang ketiga. Dia selingkuh di belakang aku. Sekarang, dia ngajak aku balikan lagi mbak, gimana ya mbak..?", dengan wajah cantiknya yang pilu, teman baruku ini curcol ditengah kesibukan kami dalam suatu acara. Sebenarnya aku tidak ahli di masalah ini, jadi setelah ku resapi dalam-dalam agar bisa terbawa ke masalah dan mencoba mencari solusinya, akupun menjawab "kalo kamu berani terima dia lagi, kamu harus berani sakit lagi..", ia masih menunggu jawabanku, tapi hanya itu yang mampu kuberikan, karena ini bukan spesifikasiku, hehe. Ia melanjutkan cerita "cewek itu sih mbak, aku baru tau ternyata dia begitu" ia coba menyalahkan si wanita yang menarik perhatian (mantan) pacarnya. Aku pusing, dan menjawab tanyanya semampuku. Tapi, sepertinya aku tahu pokok masalahnya.
Adegan 2:
Hp ku berdering, tanda ada sms, sekitar jam 21.00 wib, aku buka, isinya "Dra, aku boleh gak nginep kosan mu malem ini, aku mau ngerjain tugas, aku lagi sedih nih Dra..". Langsung ku balas, "Ok ***, ditunggu yak". Tak lama berselang, ia hadir, di kamarku yang agak "broken ship" pasca UTS, alhamdulillah sempat aku reparasi dulu, hihi.. Kami duduk berhadapan (karena kamarku rada sempit), tanpa buang waktu ia bercerita sambil menangis "Dra, aku pusing, aku gak tau kenapa, aku punya teman akrab dikosan, kalau dia lagi kumpul sama teman2 kosan yang lain, aku gak suka, aku sebel, apalagi kalau mereka ketawa-ketawa, aku langsung menghindar, dan gak tahu kenapa sekarang aku ngerasa jadi jahat sama teman-teman kos ku..". Ia benar-benar menangis, jujur, aku pun ingin menangis, karena ia, sahabat yang ku tahu senantiasa membawa keceriaan. Aku langsung menjawab "kamu cemburu ya?", ia menampik "gak tau Dra.. aku sebel aja, gak tahu kenapa, tadi aja pas mau kesini dia nanyain aku mau kemana, aku bilang, ngapain nanya-nanya, koq aku jadi jahat ya, aku tau itu salah". Nah lho, aku tanya lagi "jadi masalahnya apa ***? coba dicari masalahnya biar ketahuan solusinya..". Jawabannya, "aku juga bingung masalahnya dimana". Ku pikir mungkin ia rindu keluarga, mungkin ia penat, butuh refreshing, atau jangan-jangan pengaruh PMS?? Tapi, aku tahu masalah sebenarnya.
Adegan 3:
Sahabatku ini silaturahim kekosan, aku sudah tahu karena sebelumnya ia meneleponku ingin berkunjung, di telepon ia sempat mencurahkan perassaannya. Ia menangis. Dikosan, serupa dengan adegan 2, ia menangis, ia khawatir karena pacarnya yang hobi memancing sedang bertualang melampiaskan hobinya hari itu. Sahabatku ini sedih, takut kalau-kalau terjadi sesuatu pada pacarnya. Awal mula saat ditelepon aku berfikir, mungkin kekhawatirannya ada pada rasa cemburu, takut pacarnya yang sudah "seatlle" itu diambil wanita lain, karena mungkin saja banyak yang mengejar. Namun, aku terhenyak, ia khawatir pacarnya digigit buaya saat tengah memancing, karena menurut cerita pacarnya, di sungai itu banyak buaya nya. Ia langung konsultasi ke mbah Google, dan ternyata mbah Google pun meng-amin-i, sempat ada pemancing yang tewas karena dimakan buaya di sungai itu. Tambah besarlah kekhawatirannya. "mbak, abang gak akan kenapa-kenapa kan?" tanya nya. "Iya, insya Allah gak kenapa-kenapa", jawabku. Dan percakapan ini senantiasa berulang diikuti wajah cemasnya, beserta derai air mata. Sepertinya aku tahu masalahnya.
Ketiga temanku ini adalah wanita cerdas, berpengetahuan luas, 2 diantara mereka beberapa kali berpetualang ke luar negeri, melek informasi, keren lah pokoknya. Tapi aku sempat merenung, mengapa kejadian ini terjadi padaku? ketiga temanku ini?
Aku memang tahu masalahnya, tapi sedih, aku tak begitu paham solusinya, karena, walaupun kita tahu solusinya kita tidak bisa memaksakan obyek untuk melakukan seperti apa yang kita pikirkan. Masalah mereka hanya satu, yaitu hati (qalbu). Qalbu, sakitnya tak memandang usia, obatnya hanya bisa diracik diri sendiri. Sungguh penting mengendalikan hati atau perasaan, tidak berlebihan saat mencintai ataupun membenci sesuatu.
Langganan:
Postingan (Atom)