Proses
produksi biodiesel dengan katalis heterogen merupakan teknologi yang ramah
lingkungan (green technology) karena
katalis tersebut dapat didaur ulang (recycle),
limbah yang dihasilkan sedikit, pemisahan biodiesel dari gliserolnya jauh lebih
mudah, dan mengurangi masalah korosi (Suarez et al., 2007).
Baru-baru
ini, beberapa peneliti menilai kelayakan ekonomi produksi biodiesel dari limbah
minyak nabati. Zhang et al. (2003)
mempelajari biaya produksi biodiesel yang dibuat dari limbah minyak nabati.
Mereka melaporkan bahwa dengan penggunaan katalis asam heterogen biaya produksi
menjadi lebih ekonomis. Penggunaan katalis heterogen akan mengurangi pengolahan
hilir.
Crude Palm Oil
(CPO) parit dan minyak non-edible
lainnya yang memiliki kandungan asam lemak yang tinggi akan menyebabkan
pembentukan sabun dan menurunkan yield
biodiesel serta masalah sulitnya pemisahan katalis tersebut dengan produk jika
menggunakan katalis homogen (Van Gerpen, 2005). Penggunaan enzim untuk
mengkatalisis produksi biodiesel juga telah menarik banyak peneliti beberapa
tahun belakangan ini karena enzim dapat mentolerir kandungan asam lemak bebas
dan air serta kemudahan dalam pemurnian biodiesel dan gliserol, tetapi
transesterifikasi enzimatik masih belum dapat dikomersialkan untuk produksi
biodiesel dikarenakan waktu tinggal yang lama dan biaya produksi yang tinggi
(Dizge et al., 2009). Katalis
heterogen akan mengkonversi trigliserida menjadi biodiesel secara
perlahan-lahan, tetapi merupakan cara yang ekonomis karena katalisnya dapat
didaur ulang untuk kedua proses, baik batch
atau kontinu (West et al., 2008).
Katalis asam
padat yang ideal untuk reaksi esterifikasi minyak nabati harus memiliki
karakteristik seperti sistem interkoneksi dengan pori yang besar, konsentrasi
situs asam kuat yang moderat hingga tinggi dan permukaan hidrofobik (Kulkarni
dan Dalai, 2006). Beberapa katalis asam padat yang terus dikembangkan antara
lain zeolit (Lotero et al., 2005),
resin penukar ion sulfonat (Ozbay et al.,
2008), silika mesostructure
modifikasi sulfonat (Mbraka and Shanks, 2006), katalis berbasis karbon tersulfonasi
(Hara, 2009), heteropolyacids (HPA)
(Narasimharao et al., 2007), titanium
oksida (TiO2) (Chen et al.,
2007), dan zirkonium oksida (ZrO2)
(Miao and Gao, 1997).
ka' ida uda pernah pakek katalis karbon tersulfonasi??
BalasHapuskarbon tersulfonasi itu maksudny giman, ap terbuat dari arang aktif atau dari gula yg di kalsinasi??
trimakasih buat infonya